Sang Pengemis Cinta



Diwaktu itu cahaya menyinar menghangatkan bumi,
Diwaktu itu juga segala yang ada dibumi menerima sinaran mentari,
Ke hangatan itu membakar tubuh ini,
Peluh keluar dari liang-liang roma,
Keluarnya peluh disudut wajah & tubuh ini,
Teriknya masih hangat mencabar ketahanan diri.

Adakah diri ini mampu terus berjuang,
Atau hanya berdiam diri menunggu nasib sendiri,
Menanti-nanti waktu yang semakin berlalu,
Ternanti-nanti.. Tapi dimanakan ia?..
Berkerut dahi ini memikirkannya.

Dipandang ke depan,
Ditoleh ke kanan dan kiri,
Tapi apa yang dicari?..
Mungkin ruangan fikiran ini masih beku untuk ditafsirkan,
Atau sukar untuk dirungkaikan satu persatu.
Hati ini berceramuk amat sukar untuk dilenturkan kembali.

Didalam waktu adanya jam,
Dan didalam jam adanya minit,
Serta didalam minit adanya saat,
Disaat itu awan sudah menutup cahaya sang mentari,
Angin tidak terlalu kencang,
Hanya sekadar merembeskan angin diseluruh pelusuk,
Maka redup sudah dimuka bumi itu,
Redupnya menundukan bahang mentari.

Awan gelap terus menguasai langit,
Cahaya yang terang kembali gelap ditutupi awan,
Waktunya sudah tiba untuk dilepaskan,
Maka turunnya air hujan dengan lebatnya,
Selebat hujan itu membasahi bumi,
Mungkin juga lebih lebat lagi hujan dihati ini,
Hati ini mengemis untuk dibelas ihsan,
Tiada yang dapat memandang tangisan hati ini.
Hanya Tuhan yang mengetahuiNya,
Begitulah nasib Hati Sang Pengemis Cinta..


Followers

Facebook Twitter RSS